Selasa, 31 Mei 2011

si kacamata ongol *3



12:36 pm
dua batang rokok putih ku kunyah, bercampur liur tawar, dan teh manis yang menjadikan lidahku terasa pahit.
berencana akan menggigiti perkedel kentang sisa makan ala kadarnya tadi, tapi aku mual, jadi lupakan saja.
kuintip gunungan sampah dari sela gelas biru dan kacamataku yang menjadi tontonan setiap harinya.
masih saja seperti hari kemarin.
menjijikkan dan indah.

Sabtu, 28 Mei 2011

si kacamata ongol *1



datang dengan tatapan paling kosong yang ia punya.kamar pengap, sepengap apapun tetap saja menjadi persembunyian paling disenanginya. ia lucuti semua kain hitam di tubuh kurus penopang daging dan kulit ala kadarnya. menelanjangi dirinya sendiri dan lalu menyentuh payudara kirinya. pejaman mata memiriskan tampang gilanya. air sebak besar digunakan hanya untuk mengguyur gerah. playlist yang disetel keras-keras sebelum duduk di jamban didengarnya dengan khidmat. hari ini seperti menguras banyak kuatnya. mungkin sedang direcoki bual-bualan murahan.atau cibiran paling basi sepanjang masa.bibir pucatnya menyungging, ejekan ter-nya.mata yang penuh guratan merah memicing, "orang sepertimu? hheh, buang-buang waktu saja" -kira kira seperti itulah maksudnya-.

***

ia selalu saja seperti itu, seraya membenarkan letak alat bantu penjelas penglihatannya, ia akan memutar lehernya atas bawah kiri kanan.atau sambil menunggu didihan air bakal secanteng teh manis panas favoritnya, ia akan menyusuri sudut kamar kecilnya, nongkrong, mengingat ingat wajah menjijikkan musuhnya, calon musuhnya, mantan musuhnya, setelah lelah mengingat, teh dibayangkannya seperti wajah itu lalu diseduhnya dalam air didih bersama senyum sunggingnya. tingkah aneh yang amat disenanginya.buang-buang waktu yang menyita banyak waktunya. dan akhir-akhir ini diserang jutaan suku kata yang bahkan ia sendiri tak sangka akan diraup dan dikunyahnya dengan riang.

***

kemarin ketika melewati pasar depan kompleks kamar sewanya, langkah kaki ia putar kearah penjual ikan satu-satunya dalam pasar kecil itu. sisa uang jajan yang tadinya akan ditukarkannya dengan es krim kacang ijo diberikannya pada si bapak kumis putih. lumayanlah dapat seekor ikan kecil. dengan tambahan nasi tadi pagi semoga bisa mengenyangkan tiga ekor kucing kecil depan kostan, pikirnya.ia sendiri lupa kapan pertama kali menyukai hewan yang menjadi musuhnya semasa kecil. baret di keningnya menjadi kenang-kenangan nenek moyang kucing kecil yang ia lindas ekornya dengan sepeda roda tiga hadiah ulangtahun dari mamaknya, yang bisa dengan jelas ia jelaskan setiap kali ada yang menanyakan luka itu. ah, betapa hal yang paling ia benci sanggup diingatnya dengan jelas disetiap detil, dan parahnya lagi, ia malah berbalik mencintainya.

***

kekasih yang tak kalah cekingnya, meneriakinya lantang. ia menoleh, tersenyum, menyimpul tali sepatu andalannya, kemudian berlari ke arah lelaki itu. adegan ini selalu ada, hampir di tiap harinya bahkan. saat lilitan usus memberi alarm untuk disibukkan, gerobak bakso favorit akan melintas di kepala. sesuai ukuran isi kantong menyedihkan mereka, mengenyangkan, enak, dan mereka menyukai aromanya. meskipun kadang urus-urusan perut selalu saja mendiamkan mereka yang amuk. yah, kemalasannya mengunyah membuat kekasihnya rada dongkol menemaninya nangkring di warung makan. oh tuhan, demi langit dan bumi, jika bisa ia perlihatkan lambungnya, mungkin kekasihnya itu akan sedikit mengerti porsi makannya. -lambungku hanya muat sedikit- teriak dalam hatinya setiap kali dilototi pertanda perintah makan banyak.

jadi ingat moment beberapa hari lalu yang ia ceritakan. bersama kekasihnya, ketika lagi-lagi bunyi perut bersahutan tepat di pukul 12:37. mereka kelaparan, saling mengeluh, tapi oh kantuk dan kemalasan mencari makan diluar sana lebih mendominasi. jadilah mereka tetap di atas kasur-yang-tak-lagi-empuk tempat mereka menghabiskan banyak waktu malam hari. saling membayangkan masakan ibu. lepas itu, menertawai diri. betapa kemalasan mengurung kita dalam kelaparan. bodohnya-kata mereka-.

Jumat, 27 Mei 2011

malam yang bodoh..

malam belum larut. kami juga tak sedang mabuk. di depan kami hanya ada dua gelas minuman abal-abal, coklat pasta, kue kering, dan sebungkus rokok impor-lumayanlah-. tapi topik pembicaraan semakin ngawur. kami kebosanan. bau badan kami mencandui nyamuk. tubuh menggatal tak kami hiraukan.omongan berlarian kesana-kemari. kami tertawa sepuasnya. lalu diam. mencela musuh masing-masing. lalu terbahak lagi. kami memang gila.

***

"eh eh eh jatuh cinta ka loh, tapi nda kutau juga sama siapa hihihihihihi"

***

"weh seringka memang saya suka sama orang, tapi toh klo kudekatimi toh, nda kusukami lagi bwahahahahaha"

***

"bih kenapa itu saya klo kubacami selembar novel skripsiku, ngantukma kaue brakakakakaka"

***

"jangko ribut deh, lagi mauka gambar ine, tapi ketawa mako peng pretpretpret"


**********


lalu kami sibuk.
BBMan.
cari tugas final.
menghabiskan batangan-batangan.
semenit kemudian tak ada suara. kami benar-benar sibuk.

Selasa, 24 Mei 2011

blaa blaa..

sedang apa kau?
merasai sedikitkah rasaku?
ah sudahlah, keluh akan membuatku semakin dilototi.

***

selalu sama, seperti selang beberapa bulan lalu.
saat irisan semakin dalam, dan semakin memabukkan.
suara memekakkan gendang telinga.
dan yang kau lihat hanya tatapan miris.
yang tahu hanya aku, yang rasa cuma tubuhku.

***

dalam juntaian saraf otakmu,
jelas sekitaran sakit tusukan sadisku.
sensasi hantaman kepalan satuan tulang kurusku.
bahagia pelengkap ala kadarnya.
dan janji busuk yang tak pantas diumbar.

jangan percayaiku, sebab aku adalah penjahat ulung.


***

kegilaan ini menjadi candu.
mata lebam insomnia.
lidah pahit nikotin.
dehidrasi kopi.
hirupan oksigen.
sadar seperlunya.

***

percuma kutodongkan cutter hitam itu,
toh kau memilih mati daripada sabar dan percaya.

***

kuberitahu kau, ini bagian dari rencana pertahanan diri.
dan kebodohanku mencintai.

Selasa, 03 Mei 2011

hidupku adalah hidupku, maka cintailah..


ini tentang ketakutan yang tak seharusnya menciuti.
terpaan yang tak semestinya menghantam.
caciannya yang baiknya ditertawakan.
onggokan liur yang bisa dijilat kembali, kapan saja.
kesakitan yang tersenyum.
persimpangan yang mempercantik alur perjalanan.
cerita terbaik yang sebaiknya ditulis agar tak dilupakan setiap kejatuhan dan lambung tingginya.

ini tentang hidup dan hak atas tubuhku.
lakukan apa saja, dengannya.
siapkan jari tengah, kapan-kapan bisa ku acungkan pada mulut yang sibuk.

karena ini adalah hidupku, bukan hidupmu !!!!