Senin, 05 September 2011

rangka rahasia-



aku sudah duduk di tempat ini sejak lima menit yang lalu. disini, di rangka bangunan pemerintah yang tak kunjung selesai pengerjaannya, dipinggiran kota makasar. lembaran dua ribu rupiah untuk biaya kebersihan dan parkir-katanya- harus kutukarkan untuk beberapa jam menyendiri disini dengan penerang seadanya-lebih mirip cahaya di warung remang-remang- dan teriakan lagu band karbitan yang liriknya bikin mual. karena tempat inilah yang menjadi tujuan utama pelarian diriku dari suntuk dan membosankannya pukul 9 malam hingga dini hari.

aku rupanya sedang tak sedang sendiri. ada sepasang manusia di sudut sana, dan sepasang lagi di ujung sana. tapi tetap saja aku duduk sendiri di sisi rangka yang ini. Aku kesulitan menggambarkan bentuk tempat ini. Rangka dasar bangunan yang –sepertinya- akan menjadi salah satu gedung pemerintahan, bentuknya seperti ular yang meliuk liuk kaku- aku buruk dalam hal mendeskripsikan jadi cukup kugambarkan sebatas itu-. kukeluarkan sebungkos rokok dan pemantik dari dalam kantung tasku. percayalah, solusi terbaik tubuh yang tak tahan suhu rendah selain sweater tebal dan syal adalah hangatnya bakaran tembakau beracun. sebungkus penuh berisi 20 batang akan kuhabiskan malam ini. disini. jadi anggap saja jika salah satu dari kalian akan menanyakan berapa lama biasanya aku akan bertahan disini dengan posisi tubuh yang berubah-ubah sesuai kenyamanan tubuh akan kujawab "tergantung frekuensi isapan dan kegalauan yang mengharuskanku tetap disini hingga batangan ke 20". tak perlu headset untuk tetap membuatmu tetap bersama dirimu sendiri, disini sepi, tak ada gaduh yang kau takutkan karena yang ada hanya suara ombak yang menghantam rangka tiang dan aku tak pernah setenang disini.

kubaringkan tubuhku, dengan betis dan kaki yang menggantung pada lutut. isapan semakin dalam, mataku terpejam, hidungku berhasil menangkap angin yang membawa aroma sampah pantai khas pinggiran kota besar, aku benar-benar menikmati malam ini. "kenapa harus seperti ini jadinya?", kudengar suara lirih dari bagian sisi kiri dalam tubuhku. sesuatu yang hangat terjun bebas dari ujung indra penglihatanku. entahlah, ada sesuatu yang perih di sekitaran dadaku yang dengan banyak hempasan angin malam tetap saat membuatmu serasa kekurangan oksigen dan berdampak buruk pada kelenjar airmataku. 

***

"kamu percaya begitu saja?"
"iah"
"kamu diselingkuhi. aku liat sendiri. and no doubt. kamu hanya pura-pura tidak percaya apa yang aku bilang. iya kan?"
"aku percaya kamu, sekaligus meyakinkan diri kalo dia tidak berkhianat. aku memang butuh berpura-pura tak tahu yang dia lakukan di luar sana. nyaliku ciut. aku sadar dia kadang membanding-bandingkan aku dengan perempuan itu, hanya saja melabelinya denga kata 'temanku' seperti ini kenapa kamu tidak bisa? dan tidak pernah juga dengan terang-terangan- seburuk-buruknya dia, masih ada sedikit inginnya menjaga perasaanku- ".
"sial"
"dengan cinta yang berkembang biak dengan suburnya di dalam dirimu, pastilah ini lebih dari membunuhku. jangan kau tanyakan rasanya. aku hanya perlu acting berperan sebagai perempuan terbahagia dengan limpahan cinta yang sebanding. tak usah mengkhawatirkanku”

***

kepalaku seakan penuh dengan kalimat-kalimat itu. bak pita kaset yang mengusut. rumit. aku tak ingin membahas ini lebih jauh. yakinlah, terbawa semakin larut akan membunuhmu perlahan dan sadis.

***

"mbak"
"ia"
"tidak takut sendiri? disini kadang ada yang iseng loh"
"tidak. saya sudah kenal sama orang yang sering disini. tenang saja"
"mbak, rokok ada tak?"
"tinggal sebatang. tuh buat kamu saja"
"thanks yah. hmmm mbak ngapain disini, sendiri, dijam segini?"
"meyakinkan diri"
"heh?"
"saya sedang berusaha meyakinkan diri dan cari ketenangan. yah semacam semedi. hehehe"
"hahahahahahaha. mbak ini. ada-ada saja. eh saya cabut yah. makasih rokoknya. daaaaah"

***

habis sudah waktuku disini. batangan ke 20 melayang di bibir pengamen kecil. kuraup semua peralatan lalu kurampungkan dalam tas. pukul 3 dini hari. masih dengan perih, galau, dan semedi yang belum sempurna, aku pulang dan tidak benar-benar membawa diriku.

Tidak ada komentar: